Tidak
disangsikan, jika mencermati sejarah hidup Muhammad, beliau adalah seorang
pedagang profesional. Beliau adalah seorang pedagang yang berbeda dibandingkan
kebanyakan pedagang lainnya. Beliau melakukan pekerjaan ini ukan sekedar
memenuhi kebutuhannya. Ukan juga untuk menjadi seorang jutawan, sebab beliau
tidak pernah memperlihatkan kecintaan yang sangat besar terhadap harta
kekayaan. Karena berbisnis ini merupakan satu-satunya pekerjaan mulia yang
tersedia baginya pada waktu itu, beliau melibatkan diri di dalamnya untuk
memenuhi keutuhan hidupnya.
Adapun yang
beliau hasilkan cukup sekadar menunjang kehidupannya. Betapapun kecilnya urusan
dagang yang pernah dilakukannya selama remaja, beliau melakukannya dengan penuh
kejujuran, keadilan, serta tidak pernah memberikan kesempatan kepada
pelanggannya untuk mengeluh. Beliau selalu menepati janji, serta mengantar
barang-barang yang kualitasnya telah disepakati kedua belah pihak tepat pada
waktunya.
Dalam transaksi
bisnisnya sebagai pedagang profesional tidak ada tawar-menawar dan pertengkaran
antara Muhammad dan para pelanggannya, sebagai mana sering disaksikan pada
waktu itu di pasar-pasar di sepanjang Jazirah Arab. Segala permasalahanantara
Muhammad dan para pelangganya selalu diselesaikan dengan damai dan adil, tanpa
ada kekhawatiran akan terjadi unsur-unsur penipuan di dalamnya. Adalah fakta
sejarah bahwa muhammad tidak hanya melakukan perdagangan dengan adil dan jujur,
tetapi bahkan telah meletakkan prinsip-prinsip dasar untuk hubungan dagang yang
adil dan jujur tersebut. Kejujuran, keadilan, dan konsistensi yang beliau
pegang teguh dalam transaksi-transaksi perdagangan telah menjadi teladan abadi
dalam segala jenis masalah perdagangan.
Reputasi Muhammad
sebagai pedagang yang jujur, profesional, dan terpercaya telah terbina dengan
baik sejak usia muda. Beliau selalu memperlihatkan rasa tanggung jawab dan
integritas yang besar ketika berurusan dengan orang lain dalam berbisnis. Sikap
ini dibawanya ketika menjadi pemimpin umat. Dalam kaitan sikap profesionalisme,
Rasulullah pernah mengatakan, “Apabila urusan (manajemen) diserahkan kepada
yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.”2 Di sini letak pentingnya
profesionalisme dalam bisnis Islami. Islam sangat peduli dengan
profesionalisme. Karena itu pula, ketika Nabi Muhammad memberikan tugas kepada
sahabat-sahabatnya, beliau sangat memperhatikan latar belakang kemampuan
sahabat tersebut.
Suatu ketika ada
seorang sahabat (Abu Dzar) yang belum mendapat tugas, datang bertanya kepada
Nabi Muhammad, mengapa ia tidak mendapat tugas (amanah) sementara
sahabat-sahabat yang lain ada yang ditunjuk menjadi Gubernur (Mu’adz bin
Jabal), bendahara negara (“Umar ibn Khathhtab), panglima perang (Khalid bin
Walid), dan sebagainya. Nabi Muhammad mengatakan, “Fisik engkau sangat lemah
sehingga tidak sanggup jika dibebani tugas-tugas berat seperti yang diberikan
kepada mereka.”
Di sini terlihat
bahwa beliau tidak hanya bekerja secara profesional, tetapi sikap
profesionalisme beliau praktikkan pula ketika telah dilantik menjadi nabi.
Beliau memimpin sahabat-sahabatnya dengan prinsip profesionalisme; memberinya tugas sesuai dengan kemampuan dan
kapasitas yang dimiliki. Tidak ada dalam kamus kepemimpinan Rasulullah, hal-hal
yang bersifat KKN. Semuanya berjalan dengan profesional dan tentunya dengan
tuntunan Allah.
2
Hadits Al-Bukhari
Sumber : SyariahMarketing, Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula
(bismillah)(kiri)
(bismillah)(kanan)
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* : 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar